Friday, August 10, 2007

Konferensi Anak 2007 Stop Bullying

Lomba Karya Tulis Pemilihan Delegasi
Konferensi Anak 2007
“Stop Bullying”

Teman-teman!
Majalah Bobo akan menyelenggarakan Konferensi Anak lagi.
Untuk itu Majalah Bobo mengundang teman-teman yang sudah biasa mandiri untuk ikut serta. Dalam konferensi, teman-teman akan diajak untuk berlatih berdiskusi, menyampaikan pendapat dengan baik, berbicara dengan jelas, juga bekerja sama dalam tim dalam menyelesaikan masalah.


Cara Bergabung
Silakan teman-teman membuat karya tulis lebih dulu, dengan tema “Bullying”.
Yang dimaksud bullying adalah perbuatan, ucapan, maupun sikap yang menimbulkan akibat negatif (rasa takut, tertekan, tidak nyaman, luka hati), pada orang atau teman lain. Contoh: memaksa teman memberikan contekan, mengancam teman/adik tidak membocorkan tindakannya yang tidak jujur, memaksa dengan mengancam teman/saudara untuk membelikan makanan, mengeroyok teman yang dianggap musuh, dan lain-lain.

Teman-teman bisa memilih salah satu pokok bahasan di bawah ini, yaitu tentang:
1. “Bullying” yang Aku Alami
Tuliskan pengalaman ketika kamu menjadi korban “dibully” teman. Atau pengalaman yang tanpa kita tahu, itu sudah termasuk “membully” teman.
2. “Bullying” yang Aku Lihat Sendiri
Tuliskan pengalaman melihat sendiri peristiwa “bullying” yang menimpa seseorang/teman.
3. “Bullying” yang Aku Dengar
Tuliskan peristiwa tentang “bullying” yang pernah kamu dengar.

Syarat Lomba
1. Lomba terbuka untuk siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SD tahun ajaran 2007 – 2008.
2. Panjang tulisan maksimal 2 halaman folio, ketik spasi 2. Boleh diketik dengan mesin ketik, komputer, atau boleh dengan tulisan tangan yang jelas terbaca.
3. Karya tulis harus asli, gagasan dan pikiran sendiri, tidak dibantu orang lain.
4. Karya tulis harus diketahui Kepala Sekolah dan mendapat cap dari Sekolah.
5. Karya tulis harus dilampiri formulir Pemilihan Delegasi Konferensi Anak 2007, yang terdapat di Majalah Bobo. Formulir harus asli, bukan fotocopy, dan harus diisi lengkap.
6. Karya tulis harus dilampiri 1 (satu) lembar foto diri setengah badan, paling lama foto 6 bulan terakhir (bukan foto waktu kecil), berwarna, ukuran 3R. Tuliskan nama lengkap di balik foto.
7. Karya tulis dikirim ke Panitia Konferensi Anak 2007, d/a Redaksi Majalah Bobo, Gedung Gramedia Majalah, Lt 4, Jl. Panjang No. 8A, Kebun Jeruk, Jakarta 11530.
8. Karya tulis diterima Panitia, paling lambat tanggal 11 September 2007.

Ketentuan Lainnya
1. Karya tulis yang masuk menjadi hak panitia dan tidak dikembalikan.
2. Akan dipilih 36 delegasi konferensi, yang dipilih berdasarkan karya tulis.
3. Nama-nama delegasi terpilih akan diumumkan di Majalah Bobo No. 29/XXXV, terbit tanggal 25 Oktober 2007.
4. Setiap delegasi terpilih akan diundang ke Jakarta untuk mengikuti Konferensi Anak 2007, selama 5 (lima) hari, pada pertengahan November 2007.
5. Akomodasi selama mengikuti konferensi di Jakarta ditanggung oleh panitia.
6. Khusus delegasi terpilih dari luar kota Jabodetabek ( Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), boleh disertai 1 (satu) pendamping orang tua. Biaya transportasi delegasi terpilih dan 1 (satu) pendamping orang tua dari kota asal ke Jakarta dan sebaliknya, ditanggung oleh panitia.
7. Setiap delegasi terpilih akan mendapat hadiah hiburan dan uang saku.
8. Apabila delegasi terpilih tidak dapat hadir, kepesertaannya dianggap batal.
9. Waspadalah terhadap segala bentuk penipuan yang berkedok akan menguruskan hadiah. Panitia tidak menarik uang sedikit pun. Bila ada hal yang mencurigakan, segera hubungi Panitia atau telepon ke Redaksi Bobo.

Informasi
Sekretariat Panitia Konferensi Anak 2007
Telepon (021) 5330150, 5330170
Promosi Majalah Bobo: Psw. 32134, Fax. (021)5330174.
Redaksi Majalah Bobo: 33201 – 33205, Fax. (021) 5320627

…………………….. gunting di sini …………………………..

Formulir Pemilihan Delegasi
Konferensi Anak 2007
Nama lengkap: …………………..…………………………………………………..
Tempat, tanggal lahir: ……………………………………………………………….
Kelas, Sekolah: ………………………………………………………………………
Tinggi Badan: ………….. Berat Badan: ……………………………………………..
Ukuran Baju (pilih salah satu) : (S) (M) (L) (XL)
Alamat Rumah (tulis lengkap)
..........................………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
Telepon Rumah: (kode area .......) ................................................................................
HP orang tua: …………………………………………………………………
Telepon saudara/teman yang bisa dihubungi: ………………………………………
Telepon Sekolah: …………………………………………………………………….

Tuesday, June 27, 2006

BOBO, VOL 10, June 10 2006




REVIEW

Volume 10 Years Number 34th
New Edition: Thursday, June 10 2006

In this edition Bobo Magz present a big issue about playwater recreation around Jakarta, like Water Boom Cikarang, Water World Jatiluhur in Purwakarta, Eldorado in Cibubur, and Atlantis the new destinations playwater in Jakarta bay area Ancol. This article guide parents chose the fun area for holiday. At the fiction section, I think the story “Peri Hutan” or Fairy Forest is very excited. Its bring the children’s imagine journey to the world of fairys forest life. Anyone say that fairys forest always put some gift for girl only but for boys she will kippnaped! Huwaaa… scared amat! Sereeemmm...!

Content
Stories:: Peri Hutan, Surat dari Sahabat Pena, Sepatu Ayah
Special Articles:: Album Tua dari Istana Bogor, Gara-Gara Suka Mobil, Film Cars pun Jadi
Gita Gutawa, Rekor Awal Piala Dunia, Si Bolang, Bermain di Pantai Penuh Anggur
Special Picture-Stories:: Keluarga Bobo, Negeri Dongeng, Bona dan Rong Rong


Bobo is weekly magazine designed especially for children for ages 6 to 12, distributed in Indonesia country and published in Indonesian language only.

Publisher: PT Penerbitan Sarana Bobo
Address : Jl. Panjang No. 9A, Kebon Jeruk, Jakarta 11530
Phone : +62-21-5330150, 5330170, ext 3321, 33205
Fax : +62-21-5320627
Email : bobonet@gramedia-majalah.com

Thursday, April 06, 2006

Kain Kasa yang ke Duabelas

BOBO 01/XXXIV
Kamis, 13 April 2006
Rp7000,00

:: ARTIKEL MENARIK::

* Aston Taminsyah - Juara catur international

* Chalkzone- Kisah Kapur Ajaib Rudy Tabootie
* Potret Negeriku:Taman Mimpi di Jakarta
* Bunga Terompet: Indah tapi beracun
* Kenapa ulang tahun harus meniup lilin?



:: CERITA PILIHAN ::

Kain Kasa yang ke Duabelas
Oleh Kemala P
Jam gereja yang terletak di sebelah rumah sakit berdentang. Ira melihat arlojinya. Pukul sembilan. Dia mendesah. Meletakkan penanya, lalu berdiri.
Iin yang duduk di sebelahnya, menoleh. Menatap wajah temannya yang kelihatan tegang dan agak pucat.
“Pukul berapa operasinya?” tanyanya.
“Pukul sepuluh,” sahut Ira.
“Masih satu jam lagi,” gumam Iin. “Tenang saja.”
“Bagaimana aku bisa tenang,” keluh Ira. “Dokter yang akan kudampingi nanti, dokter Budi. Kamu tahu sendiri bagaimana dia.”
Iin mengangguk tanda mengerti. Dokter Budi, ahli bedah di rumah sakit itu terkenal sebagai dokter yang paling sulit didekati. Umurnya sudah tua dan galak bukan main.
“Kalau begitu banyak-banyaklah berdoa,” saran Iin. Matanya menatap kepergiaan temannya itu dengan rasa iba. Bagaimana tidak? Pagi ini adalah hari penentuan bagi Ira, apakah ia bisa bekerja sebagai perawat di rumah sakit itu. Ira sebenarnya masih calon perawat. Dan hari inilah ujian terakhirnya.
“Semoga kau berhasil!” seru Iin sebelum Ira mencapai pintu.
Ira mengangguk. Ia melangkah perlahan menuju sal. Pasien yang akan dioperasi masih di ruangan itu. Dia harus memeriksa keadaan pasien itu sebelum pasien itu dibawa ke ruang operasi.
“Sudah siap?” tegur temannya yang sedang memeriksa pasien lain di ruangan itu.
“Ya,” sahut Ira mengangguk. Kemudian dia mengeluh, ”Cuma menunggu dokter.”
“Semoga sukses.”
“Terima kasih,” sahut Ira.
Ira mengenakan pakaian khusus untuk operasi. Diikatnya rambutnya sebelum dibungkus dengan topi putih. Kemudian dia mengenakan pakaian khusus operasi pada pasiennya. Sekali lagi dia memeriksa peralatan operasi dan transfusi darah. Kemudian menulis keadaan pasien di kartu laporan.
Wajahnya berubah tegang ketika pintu terbuka. Dan dokter Budi melangkah masuk. Dengan tak acuh, dokter menegur Ira.
“Sudah siap, Suster?”
“Sudah, Dok,” sahut Ira. Dia menyerahkan kartu laporan kepada dokter itu. Dokter memeriksa kartu laporan. Lalu memeriksa pasiennya, dan mengangguk puas.
Operasi pun dimulai. Ira mendampingi dokter itu dengan tegang. Tangannya sigap menyerahkan peralatan yang diperlukan dokter. Mereka bekerja tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dokter bekerja tanpa terburu-buru. Dan operasi berhasil dengan sukses. Dokter siap untuk menjahit sayatan operasi, tetapi tiba-tiba Ira mengeluarkan suara.
“Tunggu, Dok!”
Alis mata dokter Budi terangkat sedikit. Menandakan dokter ahli bedah itu tidak senang diganggu ketika sedang bekerja.
“Ada apa?” katanya dengan suara kesal.
“Kain kasanya masih tertingggal satu di perut pasien,” sahut Ira.
“Aku sudah mengeluarkan semuanya,” kata dokter Budi. Dia menunjuk tumpukan kain kasa yang berlumuran darah di dalam baskom. ”Aku bukan dokter yang baru kemarin bertugas. Aku tidak akan seceroboh itu,” kata dokter Budi lagi dengan suara berang.
“Tapi tadi dokter memakai dua belas kain kasa. Sedang yang ada di baskon ini baru sebelas,” sahut Ira.
“Mungkin kau salah hitung,” sahut dokter Budi. Dia kelihatan akan melanjutkan pekerjaannya menjahit sayatan operasi di perut pasien. Tetapi dengan mata berapi-api, Ira berkata, “Dokter tidak boleh melakukan itu! Pikirkan nyawa pasien apabila kain kasa itu tertinggal di dalam perutnya!” katanya tegas.
Dokter Budi tersenyum. Dia mengangkat kakinya, dan menunjuk kain kasa yang masih bersih di bawah pijakannya.
“Ini kain kasa yang kedua belas. Tadi sengaja kujatuhkan ke lantai untuk menguji ketelitianmu. Kau lulus ujian!” katanya.
“Apa?” Ira tertegun sejenak, wajahnya memerah malu. Tadi dia sudah membentak dokter Budi. Dokter senior yang terkenal galak itu. Tetapi kemudian dia tersenyum lega. Katanya dengan suara setengah berbisik, “Terima kasih, Dok.”
“Kau memang pantas mendapatkannya. Pekerjaanmu bagus. Kau juga sangat teliti. Mulai sekarang kau akan mendampingiku setiap kali aku mengoperasi pasien,” kata dokter Budi ramah.
Hati Ira bersorak-sorak gembira. Ingin rasanya dia memeluk dokter Budi yang seusia ayahnya itu. Tetapi yang keluar dari bibirnya hanya, “Baik, Dok.”